Tuesday, December 11, 2007

Be a backpacker at Bali

Sabtu, 14 Juli 2007, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Dewata. Aku pergi sama 3 kawan dan 1 adik tingkatku di kampus (aku cewek sendiri). Tujuan utama adalah Kota Singaraja, dimana kami akan mengikuti rapat koordinasi Ikatan Mahasiswa Geografi Regional Jawa Bagian Timur di STIKIP PGRI Singaraja yang sekarang berubah menjadi Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSA).
Pergi dari Pelabuhan Ketapang sekitar jam 3 sore WIB. Sesampainya di Pelabuhan Gilimanuk, kami mampir sebentar tuk sholat Ashar lalu cari angkutan di terminal Gilimanuk. Kesan pertamaku, “Ya ampyun, ni terminal kok sepi amat!!” penumpang yang ada bisa dihitung dengan jari dan alhasil hampir Isya angkutan (bus bison) kami baru penuh dan mulai bergerak menuju Singaraja. Selama menunggu di terminal, kami kenalan dengan seorang cowok, Agung namanya. Mahasiswa (DO) ITS yang lagi pulkam. Benar kata Ibn Battuta. Traveling- it makes you lonely, then gives you a friend. Sambil sama-sama menunggu kami ngobrol banyak. Cerita pengalaman dia menaiki banyak gunung yang ada di Pulau Jawa, termasuk Gunung Ijen dengan kawahnya yang indah banget (hiks, sayang gak jadi ke sana. Padahal aku pingin banget!!) dan Gunung (Bukit) Panderman (satu-satunya gunung di Jawa yang pernah kunaiki, itupun pakai acara hipotermia ) yang baru aku tau ternyata juga dijuluki gunung kondom coz banyak yang pacaran di sana dan gak jarang banyak yang membuang kondom di sana (aku juga dengar aja, gak pernah lihat coz ketika di sana aku gak merhatiin. Di sepanjang jalan naik aku terlalu sibuk merhatiin jalan dan puluhan kunang-kunang yang udah lama banget gak aku lihat. Di puncak aku gak jalan-jalan di sekitar tenda, apalagi ngintip-ngintip orang pacaran. Aku sendiri nangis dan teriak-teriak kayak orang kesurupan gara-gara kedinginan → hipotermia. Besoknya aku terlalu hepi coz bisa lihat kota-kota yang terhampar di bawah gunung. Berdiri sejajar dengan gumpalan awan lagi! Mana sempat aku nyari-nyari kondom bekas, hHe ^.^v).
Selesai acara di UNDIKSA, kami langsung meluncur ke Denpasar. Ternyata kami kembali bermasalah dengan angkutan. Di terminal, kami juga harus menunggu sekitar 2 jam hingga si bison penuh baru bisa berangkat. Oich, biaya angkutan di Bali tuh mahal yach?! Gilimanuk-Singaraja aja lebih mahal daripada Malang-Banyuwangi naik kereta. Terbukti lagi ketika kami sampai di Ubung. Mau ke Tuban aja harus meronggoh kocek lumayan bagi kalangan backpacker pas-pasan kayak kami ini. Udah pas-pasan, gak berpengalaman lagi! Untungnya gak ada kendala berarti menimpa kami selain masalah angkutan. Well, di Kuta akhirnya kami memutuskan untuk kemana-mana jalan kaki, termasuk ke Joger. Selama di daerah pantai Kuta, cuman bisa ngiler coz apa daya gak ada duit tuk bergaya ala orang-orang tajir (ngopi di starbuck, makan di resto, cobain game yang bayarnya ratusan ribu, shoping pakaian merk terkenal, dan nongkrong di hard rock) ^.^v.
Sayangnya selain duit yang pas-pasan waktu kami di Bali pun hanya sebentar karena harus balik ke KKN-an. Jadi, waktu lewat di Danau Buyan dan Danau Bratan, kami hanya bisa gigit jari karena gak bisa mampir, walau sekedar foto-foto . Daerah Bedugul yach yang sering berkabut itu? Waktu lewat sana jadi ingat masa-masa Banjarmasin (kalau kayak tahun kemarin satu Kalsel malah) dipenuhi kabut. Mana dingin banget! Aku sampai menggigil, apalagi saat itu sedang hujan. Mana kakak angkatku yang tinggal di Bali juga gak bisa ngantarin jalan-jalan coz kami ke sana pas hari kerja. So, Cuma bisa ketemuan bentar deh.
Bali itu indah banget, terutama di pedesaan dan dataran tingginya. Soalnya daerahnya masih asri. Bentang alamnya menarik banget tuk dipandang. Apalagi jalannya mulus, aspalnya gak pakai acara tambal sulam pula! Yang umat Hindu, di depan rumahnya pasti ada pura. Kata dosenku yang asli Bali, rumah-rumah penduduk Bali gak ada yang melebihi tinggi pohon kelapa (aku lupa alasannya). Sayang saat itu beliau baru saja terbang ke Malaysia tuk melanjutkan studi (kalau beliau ngajar, terutama mata kuliah geografi pariwisata, aku suka banget nyimaknya. Soalnya beliau sering cerita tentang banyak tempat menarik di Indonesia yang pernah beliau datangi). Kalau gak, pasti asik&berkesan banget kalau saat di sana kami jalan-jalan sama beliau.
Sebulan kemudian aku bekpek-an lagi. Tepatnya 24 Agustus 2007. Masih ke Bali, tapi sama kawan-kawan KKN. Kali ini berdelapan, tapi cewek semua! Kami niat banget ke Bali soalnya selama KKN kasarnya kami gak pernah refreshing kemana-mana (batal ke Ijen, hiks ). Masak hampir setiap hari yang diliat pulaunya doank, padahal tinggal nyebrang. Terserah deh ke Bali naik apa, tidur di mana, dan ke mana aja. Yang penting bisa jalan-jalan di Bali! Habis nunggu terencana dan terorganisir kayaknya ribet banget. Dan itu pun ternyata bikin keributan di KKN-an. Kami baru dapat izin sehari sebelum balik ke Malang. Dengan kebersamaan, semangat 45, dan iringan lagu Kemesraan dan Lembayung Bali, kami pun travelling dengan riang. Bikin iri Mba Wowon, anak KKN WAJAR di Banyuwangi juga tapi beda kecamatan coz mereka gak ada acara kemana-mana after kerja keras selama lebih dari dua bulan.
Kami nyebrang nebeng salah satu feri (kapalnya bagus dan bersih). Kok nebeng? Soalnya kami naik gratisan :p Kebetulan salah satu kawanku kenalan sama pemiliknya waktu cari dana buat seminar KKN kami. Nah, beliau nawarin kalau mau ke Bali hubungin aja biar bisa nyebrang gratisan, hHe... Kami pun akhirnya berlarian sampai diliatin orang-orang di pelabuhan karena waktu kami datang ferinya udah mau berangkat . Di Gilimanuk, di pos pemeriksaan orang –orang yang mau masuk-keluar Bali, dia yang gak bisa liat polisi muda dikit aja langsung sempatin kenalan sama para polisi yang jaga di sana. Tambah kenalan gitu deh. Hitung-hitung kalau kami kenapa-kenapa di sana ada orang yang bisa dikontak . Kami ke Denpasar naik bis. Berkat dia juga ongkos bis kami cuman 15 ribu (cowok-cowok dari Yogya yang satu bis sama kami cuman berhasil nawar sampai angka 18 ribu). Dia mengistilahkan kemampuan ini dengan kata ”jual diri”. Kata dia, kalau mau sukses jadi seksi pencari dana atau humas harus pintar jual diri biar segala urusan lancar. Selain itu, biar gak shock dan tahan banting kalau tiba-tiba ada yang beneran nawar! Soalnya emang kejadian. Waktu dia cari dana, ada bapak yang ngajakin kencan. Nganggap dia ayam kampus gitu deh. Dia ketawa aja nanggapinnya (walau dalam hati kasian banget sama istri dan anaknya karena punya suami dan bapak bejat kayak dia), toh tujuannya mau jual diri kok. Kalau ada yang mau beli berarti sukses!! Padahal ada kawan KKN lain yang jadi seksi pencari dana juga diperlakuin gitu nangis, gak terima kalau dia dianggap ”ayam”.
Sepanjang perjalanan, namanya sekumpulan cewek, eror lagi! Pastilah rame. Cowok-cowok dari Yogya yang duduk di depan kami aja sampai ketawa, heran, plus takjub waktu diceritain apa motif dan tujuan kami ke Bali. Sayang lagi-lagi aku gak sempat nikmatin matahari tenggelam di Kuta gara-gara sampainya kemalaman. Jadi sesampainya di Ubung kami langsung carter angkot ke kontrakannya kawanku yang doyan jual diri itu (selama di Bali dia PJ-nya ^.^v). Berhubung udah malam, capek, gak dapat motor sewaan, akhirnya kami cuman nonton tv (yang selama di KKN-an jadi barang mahal coz posko kami gak ada tv-nya). Besoknya, setelah subuhan kami jalan kaki dengan tujuan pantai Sanur, mau liat matahari terbit. Karena cukup jauh, kami sampai saat hari sudah terang. Itupun gak persis di pantai Sanurnya. Sempat sedih coz kami pikir ketinggalan matahari terbit, baru mau selonjoran kaki di pasir pantai tiba-tiba matahari perlahan naik di ufuk barat. Well, rezeki kami mungkin. Kami pun kegirangan gak jelas kayak gak pernah lihat matahari selama setengah tahun (kayak di kutub aja). Setelah puas, kamipun kembali berjalan kaki menelusuri jalanan Sanur. Lagi-lagi kami gak dapat motor sewaan (buat turis domestik rada sulit ya?! Atau kebetulan aja kami gak dapat coz lagi musim turis datang ke Bali?). Kami pun mutusin carter angkot ke Sukowati (tujuan utama tentunya beli bed cover!). Sebenarnya sih belum puas blanja, berhubung waktu mepet coz kami harus sampai di Banyuwangi sebelum malam, kami pun harus bergegas (apalagi jadwal kami udah molor gara-gara cari motor sewaan dan keasikan blanja di Sukowati ). Untungnya selama diperjalanan kami ngontak dosen yang ditugasin buat jemput rombongan KKN. So, walau telat-telat dikit (termasuk pakai jurus jual diri, hHe...) kami gak kena marah. Beliau maklum kalau kami minta waktu buat refreshing setelah kerja keras. Alhamdulillah kami selamat selama travelling. Karena pulang-pergi Bali nyebrang gratisan, tidur gratisan di kontrakan kawan, pulang dari Bali kami bawa banyak kresek dengan bawa duit pembagian hasil kerja keras di KKN-an yang terbilang pas-pasn, akhirnya kami istilahkan travelling kami dengan nama wisata kresek. Yach, sedikit di bawah level wisata ala ransel lah ^.^v.
Inilah hidup. Selagi masih bisa buy experience (walau kayaknya susah tuk sekalian ngelepas buy things, hHe...), kenapa gak. Apalagi kalau jarang-jarang bisa dilakuin. Well, kapan lagi yach aku bisa kayak itu?!

No comments:

Post a Comment