Tuesday, December 11, 2007

Namnam




Namanya namnam. Gak banyak yang tau sama buah ini. Jangankan pernah lihat buah apalagi pohonnya dan memakannya, mendengar namanya saja banyak yang gak pernah. Bahkan di Barabai tempat aku sering menemukan buah ini juga ada aja yang gak tau.
Idul fitri kemarin waktu aku berkunjung ke rumah nenek (acil Anai, begitu abahku memanggilnya. Kalau gak salah beliau saudaranya nenek dari abahku) di Sungai Jatuh dan acil Hamdah di Banua Hanyar, mataku langsung aja tertuju ke pohon namnam di samping rumah. Aku sudah beberapa tahun gak makan namnam sih. Untungnya di rumah nenek ada beberapa yang sudah bisa dimakan, walau kata beliau buahnya sudah banyak dipetik Ica, adik sepupuku. Habis kalau gak kehabisan, aku datang waktu buahnya masih kecil-kecil. Sayangnya aku gak bawa kamera waktu metik buah ini, jadi gak bisa liatin kayapa pohonnya. Buahnya menempel di batang (bukan di ranting), kayak belimbing tunjuk (belimbing wuluh). Pohonnya juga tinggi besar, tapi juga bisa dibonsai. Mamaku pernah nyoba, tapi sayang mati. Di rumah ada 1 batang, masih kecil, ditanam mama di pot (soalnya rumahku di Banjarmasin di lantai 2). Biji namnam kemarin juga beberapa ditanam, di rumah di Banjarmasin dan yang di Barabai. Semoga aja semuanya bisa tumbuh. Amin.
Waktu sahabat-sahabat ajaibku datang ke rumah, mereka yang awalnya gak tau buah ini jadi penasaran trus nyoba. Komentar mereka, rasanya asam banget! Walau menurutku namnam yang sudah masak sebenarnya gak terlalu masam (kalau yang mangkal alias setengah masak emang). Cocok tuk yang suka ngerujak atau yang lagi ngidam. Kalau belum masak kulit buahnya berwarna hijau. Kalau masak kuning. Bijinya berukuran besar dan satu aja per buah (gak kecil-kecil kayak pepaya). Biasanya sih tumbuh liar di hutan (coz aku gak pernah dengar ada orang yang menanam buah ini dalam jumlah banyak). Paling 1-2 batang bisa ditemukan di pekarangan rumah, itu pun jarang. Mungkin karena itu buah ini termasuk buah-buahan langka. Tapi aku pernah liat di tv, buah ini ada di tanam di kebun raya Bogor. Waktu aku KKL di PPLH Seloliman, buah ini juga ditanam di sana. Sayangnya kata petugas di sana pohonnya belum pernah berbuah, padahal pohonnya sudah tinggi besar. Padahal pohon-pohon namnam sebesar itu yang pernah kulihat sudah berbuah berkali-kali. Jadi waktu kuceritakan aku pernah makan buahnya mereka penasaran banget. Tapi berhubung aku lama banget gak pernah liat pohonnya jadi rada lupa apakah namnam yang dimaksud seperti namnam yang kutau.
Katanya sih namnam buah Kalimantan. Tapi seperti kebanyakan buah-buah lokal dan langka lainnya, kayak kasturi (Mangifera casturi), pampakin (Durio kutejensis), ramania/gandaria (Bouea macrophylla), rambai (Sonneratia caseolaris), hambawang (Mangifera foetida), kuini (Mangifera spp.), gitaan (Leukconitis corpidae), kapul, tarap, balangkasuwa, mundar (Ipomoea batatas L.), dll, refrensi tentang buah ini susah banget didapat. Bahkan sekadar tuk cari nama ilmiahnya. Jadi sulit untuk tau kayapa persebaran dan habitatnya. Mereka dikenal oleh masyarakat banyak saja syukur coz kenyataannya banyak yang gak tau. Aku sendiri waktu baca buku yang isinya menyebutkan bermacam-macam buah-buahan rawa Kalimantan banyak yang gak aku tau. Gak salah kalau banyak mahasiswa yang gak berani bikin skripsi tentang buah-buahan ini, termasuk aku :)

1 comment:

  1. haloo

    eh percaya ga, aku sering makan buah ini kalo lg di kampung. ga di rumahku sih, tp d pekarangan nenek ku.

    kl ga salah pohon ini udah ada dari aku umur 5 tahunan, en sampe sekarang masi sektiar 2 meteran tinggi nya :)

    ReplyDelete