Sunday, May 29, 2011

Koin untuk Banua

Salam Krincing….

Beberapa waktu lalu, Kick Andy Show mendatangkan bintang tamu yaitu penggagas gerakan Coin a Chance. Berawal dari acara itulah beberapa diantara kami akhirnya terinspirasi untuk mengadakan gerakan serupa untuk area Banjarmasin.

Coin a Chance (http://coinachance.com) sendiri merupakan sebuah gerakan sosial untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan "sebuah kesempatan" bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi.

Setelah beberapa kali ‘ngobrol’ via Facebook, akhirnya bersama Riani, Rahmita, Dini, dan Nazat, kami janjian untuk bertemu dan membicarakan niat mulia ini ke jenjang yang lebih serius. Sabtu sore (28 Mei 2011), pertemuan itu terwujud. Sambil ngrumpi dan makan ice cream bakar juga es teler, kami mulai membicarakan teknis kegiatan yang akan kami jalankan. Agar lebih easy listening di telinga Urang Banjar, kami akhirnya menamai gerakan ini Koin untuk Banua.

Untuk sementara Koin untuk Banua masih belum diaktifkan soalnya para dropper masih nyari celengan dan bikin pamflet agar bisa menyebar luaskan kegiatan Koin untuk Banua. yang tertarik jd dropper atau coiner, sekitar seminggu lagi kami akan kembali mengadakan kopi darat. waktu & tempat akan diberitahukan kemudian.

Semoga gerakan ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Amin.

para rumpiwati coiners

Tuesday, May 17, 2011

Lebih dari Indah

Lagu bisa bikin kita rileks. Tapi, lagu juga bisa bikin kita makin galau (novel atau film romantis juga punya efek yang sama!). Barusan aku dengar lagu yang bikin aku kembali galau. Beberapa waktu lalu, lagu ini malah bikin aku dan beberapa temen (senasib) galau bersama. Gara-garanya apalagi kalau bukan lirik lagunya yang touching to heart. Spesial lagi buat aku, video klipnya indah banget (tema & pemandangannya!).



Bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa
Kau lebih dari indah di dalam hati ini
Lewat lagu ini kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu, kuingin bersamamu

Yang lagi jatuh cinta, lagu ini terdengar romnatis banget. Tapi, bagi secret admirer, parahnya bagi yang lagi bertepuk sebelah tangan, sebaiknya segera tutup mata tutup telinga biar gak nangis! Jangan galau berkepanjangan ya....!!

Sunday, May 15, 2011

Melewatkan Cowok Seperti Dia

“Hi, say,” sapa Iwed, sahabatku, via Yahoo Messenger.
“Hi juga,” balasku cepat. Saat itu aku memang sedang tidak chat dengan siapa pun. Akun Facebook dan Twitterku pun sedang sepi dari aktivitas saling berbalas komentar dan mention.
Iwed adalah sahabatku sejak SMA. Sudah cukup lama kami tidak bertemu. Komunikasi terakhir kami pun terjadi beberapa bulan lalu menjelang persalinannya yang kedua.
“Aku lagi pembukaan dua!” begitu kabarnya waktu itu.

Apa kabar menjadi
pertanyaan lazim yang keluar setelah say hi terlontar. Kami saling bertanya kabar. Tentunya aku juga menanyakan kabar kedua gadis kecilnya. Obrolan pembuka kami ditutup dengan pertanyaan dari Iwed, “Ada kisah baru apa nih terkait percintaanmu? Sudah lama kita gak cerita-cerita.”

Sahabat-sahabatku tahu track record-ku dalam dunia percintaan tidaklah bagus. Aku yakin sebenarnya Iwed mengharapkan kisah yang menggembirakan. Tapi, sayangnya aku belum punya kisah seperti itu.

“Aku lagi patah hati, say.”
“Gimana ceritanya?”
“Mungkin aku keGR-an dan terlanjur berharap. Ternyata, aku bertepuk sebelah tangan,” ceritaku sambil menahan tangis. Huh, akhir-akhir ini aku memang melow. Walau sebelumnya merasakan yang lebih menyakitkan ini, tetap saja patah hati rasanya teramat tak enak.
“Kenapa?”
“Awalnya kupikir dia suka sama aku. Soalnya dia kelihatan manja kalau lagi sama aku. Waktu aku tanya tentang perasaannya, ternyata dia gak punya perasaan lebih. Dia cuma anggap aku teman, juga adik,” sekali lagi aku mencoba menahan tangis. Tapi air mataku jatuh tanpa permisi.
“Aku kenal sama dia?”
“Hahahaa… Iya, kamu kenal dia, say!”

Well, tak heran Iwed bertanya demikian karena dua cowok yang aku suka sebelumnya selalu orang yang dia kenal. Cowok pertama yang menjadi first love dan pacar pertamaku adalah teman satu sekolahnya di SMP yang kemudian menjadi teman sekelas kami di SMA. Cowok kedua yang membuatku patah hati adalah cowok yang pernah dikecenginya ketika SMP. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama jadi mahasiswa perantauan di Malang. Sedang cowok ketiga yang membuatku kembali patah hati adalah kakak kelas kami ketika SMA.

“Di sekolah gak ada cowok single?” tanya Iwed kemudian. Oh ya, aku belum bilang kan kalau aku seorang guru?
“Ada. Duda dan usia kami terpaut jauh.”
“Kalau duda keren gak apa, say. Ingat Ithe kan? Dia nikah sama duda dan gak masalah tuh!”
“Aku dicomblangi kepsek kita SMA loh dengan anak teman beliau. Guru juga.”
“Nah, trus trus…?” Iwed penuh semangat menyimak kisahku.
“Tapi udah tua juga, say. Jujur, aku gak tertarik sama cowok yang jauh lebih tua.”

Melihat jawabanku itu Iwed mulai ceramah panjang lebar.
“Gini ya, say! Sori, aku gak bermaksud menceramahi, sok tua, atau sok bijak. Waktu pacaran mungkin kita lebih suka sama cowok yang seusia sama kita. Tapi, cowok kalau udah nikah beda, say. Kalau pasangan kita lebih tua, umumnya dia lebih ngemong dan mudah mengimbangi sifat kita yang kadang masih kekanak-kanakan. Jadi, jangan karena usia yang terpaut jauh kamu langsung menutup hati.”
“Iya, aku ngerti. Tapi aku emang gak dapat feel-nya gimana? Jangankan mereka yang notabene orang yang baru kukenal. Sebelum ini sebenarnya aku dekat sama cowok yang sudah aku kenal lama. Kakak kelas kita juga. Kakak kelasku dari SMP malah!”
“Hah, siapa lagi nih?” tanya Iwed makin antusias.
“Aku selesaikan ceritaku dulu baru kasih tahu siapa orangnya!”
“Okay!” Iwed menurut. Meredam rasa penasarannya tuk sementara.
“Dia cowok baik, pintar, kerjaannya oke, dan aku yakin agamanya bagus. Ngobrol sama dia seru dan kami nyambung banget! Waktu dia PDKT aku berusaha untuk suka sama dia. Kami SMS-an, nonton berdua, tapi bagaimanapun aku berusaha aku gak bisa dapatin chemistry yang lebih. Aku gak bisa anggap dia lebih dari seorang kakak. Jadi aku bilang baiknya dia gak berharap banyak dari aku.”
“Duh, cinta tuh bisa hadir karena terbiasa tau!” komen Iwed geregetan.
“Iya, aku tahu. Sumpah, aku berusaha banget suka sama dia tapi susah. Waktu dia bilang dikenalin sama cewek, aku bilang kalau merasa cocok menikahlah dengannya. Ketika mereka menikah, aku datang dan gak merasa cemburu sama sekali. Aku bahkan turut berbahagia atas pernikahan mereka, say!” ceritaku lalu menyebutkan nama cowok yang memang juga dikenal baik olehnya.
“Say, sumpah aku geregetan. Menurutku dia itu cowok perfect tahu!” aku tahu Iwed mengetikkan kata-kata itu dengan perasaan campur aduk antara marah dan geregetan. Andai saat itu kami sedang bertatap muka, Iwed pasti akan menimpukku dengan buku tebal, menampar pipiku agar aku sadar telah membuat sebuah kesalahan besar, atau mencubiti tubuhku dengan penuh rasa kesal.
“Sumpah, aku berusaha suka sama dia! Aku juga berpikiran seperti itu. He close to perfect one! Makanya aku berusaha banget untuk suka sama dia. Tapi gak jodoh gimana?”
“Benar juga sih katamu. Kalau bukan jodoh, mau diusahakan seperti apapun gak akan berhasil,” Iwed mulai meredam rasa geregetannya. Mengakui bahwa aku pun tak sepenuhnya salah karena melewatkan cowok yang kami pastikan akan menjadi kepala keluarga yang baik di keluarganya. “Kamu gak menyesal?”
“Sayangnya, gak!” jawabku jujur.
“Semoga kamu berjodoh dengan cowok ini,” kami kembali ke topik pertama, mengungkit lagi cowok yang sedang membuatku patah hati.
“Iya. Doakan ya, say.”
“Pasti. Tapi, kalau dia bukan jodoh kamu, berarti dia bukan yang terbaik! Kamu cuma belum dipertemukan dengan yang tepat. Jadi, jangan sedih. Okay?”
“Okay.”

Aku dan Iwed memang pernah bersama-sama melewati bahagianya jatuh cinta dan sedihnya patah hati. Jika aku yang mengalami, Iwed yang menghiburku. Begitu juga sebaliknya. Untuk kisah percintaan, Iwed memang jauh lebih beruntung. Dia menikah dengan cowok yang dipacarinya sejak SMA. Kakak kelas kami. Kehidupannya sekarang pun telah lengkap dengan hadirnya dua putri yang cantik.

Dibandingkan dengan sahabat-sahabatku yang satu-persatu telah menikah, Tuhan menyiapkan cerita berbeda untukku. Aku bahkan telah melewatkan cowok yang hampir sempurna yang singgah di dekat hatiku tanpa kusesali. Tapi, aku berharap cowok lain yang juga hampir sempurna (karena tak ada manusia yang sempurna di dunia ini) segera menyinggahiku dan kami bisa berbagi. Aku masih berharap cowok itu adalah cowok yang sedang membuatku patah hati. Tapi jika cowok itu adalah cowok yang lain, itu bukan masalah. Berarti dialah jodohku.