Sunday, January 29, 2012

Koin untuk Banua: Tidak Sekadar Komunitas

Masih ingat dengan komunitas pengumpul koin (duit receh) untuk membantu pendidikan anak-anak kurang mampu bernama Koin untuk Banua (KUB)? Beberapa bulan lalu aku pernah posting blog tentang komunitas yang aku bentuk bersama adik-adik kelasku ini. Alhamdulillah, memasuki Hari Perhitungan Koin (HPK) atau kalau merujuk Coin a Chance yaitu kegiatan Coin Collecting Day (CCD) ke-6, KUB udah banyak kemajuan.


Komunitas kecil yang kami bentuk pada 28 Mei 2011 ini sekarang punya 3 adik asuh. KUB telah beberapa kali melakukan bakti sosial (ke Yayasan Anak Bangsa dan Sekolah Bawang). Dropzone dan donatur KUB juga terus datang silih berganti. Bahkan, KUB telah beberapa kali tampil di media massa (koran, radio, juga TV lokal!). Keren ya?! Hehe…


Tadi pagi, setelah melakukan HPK #6 di car free day Sabilal/Siring Sudirman, tim KUB pergi bareng ke rumah Iman, salah satu adik yang menjadi target KUB (cerita tentang Iman bisa dibaca di sini) untuk survei. Setelah mengetahui lebih banyak tentang kondisi keluarga Iman dan tahu Iman perlunya sepeda baru atau cukup memperbaiki sepedanya yang rusak, kami sepakat untuk membelikan Iman sepeda baru serta memperbaiki sepedanya yang rusak dengan uang donasi dari para coiners (sebutan kami untuk para donatur baik yang nyumbang pakai duit receh ataupun duit kertas) yang telah terkumpul.


Kenapa selain memperbaiki sepeda Iman kami juga membelikannya sepeda baru? Soalnya, sepeda pemberian temannya di sekolah itu meski masih layak pakai tapi sudah kekecilan untuk Iman. Sepeda itu kami perbaiki agar bisa dipakai oleh adik Iman, yang sekarang ke sekolah memakai sepeda lungsuran Kakak Iman -> Iman. Alhasil, terjadi kehebohan kecil saat kami pergi ke toko untuk membelikan Iman sepeda baru. Kami jadi ikut mupenk beli sepeda! Ibnu, Ifit, dan Riani bahkan bergiliran ‘mehanyari’ sepeda baru Iman (maafkan kakak-kakakmu ini, ya Iman). Hahahaa…

oich, ada cerita mengharukan tentang kakaknya Iman. Kakak Iman juga salah seorang siswa yang cerdas di sekolahnya. Ketika akan melanjutkan ke bangku SMA, kakak Iman mendaftarkan diri ke SMF. Dia lulus tes masuk. Juara kedua malah! Akan tetapi, karena diharuskan membayar uang daftar ulang sebesar 5 juta rupiah, dia pun mengurungkan niatnya untuk bersekolah di sana. Sekarang kakaknya Iman bersekolah di SMA PGRI 2. Karena tergolong siswa yang tidak mampu, dia tidak dibebankan untuk membayar uang pendaftaran. Bahkan, untuk meringankan pembayaran iuran sekolah, sepulang sekolah kakaknya Iman bekerja dulu menyapu sekolah, baru pulang. *terharu*

Bagiku, KUB tidak hanya sebuah komunitas yang terinspirasi dari gerakan Coin a Chance yang sudah tersebar di banyak provinsi/kota di Indonesia, juga di Eropa, untuk memberi kesempatan kepada anak-anak tidak mampu untuk mengakses/memperoleh pendidikan dengan lebih baik. Tidak juga sekadar komunitas yang kadang jadi ajang temu kangen para anggotanya (karena terbentuk dan berkembang lewat jejaring sosial). Bagiku, KUB adalah keluarga.

Kami, baik sesama tim, para coiner/donatur, juga adik-adik asuh adalah keluarga. Aku belajar untuk lebih peka dengan keadaan sekitar (meski masih kesulitan menemukan calon adik asuh, hikss!!). Tentunya, aku juga belajar untuk lebih bersyukur serta berbagi nikmat yang diberikan oleh-Nya. Oleh karena itu, aku berharap KUB makin solid dan eksis. Berharap, makin banyak orang Banua yang membantu KUB agar dapat memberikan lebih banyak lagi sumbangsih bagi pendidikan di Banua kita yang tercinta ini.


blog Koin untuk Banua (klik di sini)

No comments:

Post a Comment