Thursday, July 23, 2015

Bukit Batas, Riam Kanan




Bukit Batas mungkin sudah tidak asing di telinga para pejalan di Kalimantan Selatan. Bukit yang menawarkan pemandangan waduk Riam Kanan ini memang eksotis. Jika hari cerah, kita dapat melihat sunrise dan sunset dari puncaknya. Saat berkemah di sana pun kita dapat menikmati ribuan bintang-bintang di langit karena lokasinya memang jauh dari gemerlap lampu-lampu kota.


Bukit Batas terletak di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Dari Kota Banjarmasin bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dan dua sekitar 1,5 jam perjalanan ke arah Kota Banjarbaru. Sampai di bundaran Banjarbaru, ambil arah ke SPN kemudian ikuti saja jalan rayanya sampai akhir karena ujung jalannya berada di dermaga penyeberangan menuju desa-desa yang tersebar di sekitar waduk yang resminya bernama Ir. P.H.M. Noor ini.
Aku pertama kali ke Bukit Batas setahun yang lalu, tepatnya pada 1 – 2 Agustus 2014. Bersama kawan-kawan dari South Borneo Travellers sebanyak 25 orang kami berkemah semalam di sana. Untuk kedua kalinya pada 3 September 2014 bersama kawan-kawan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi Kota Banjarmasin tapi tidak menginap. Terakhir sebelum bulan puasa kemarin, tepatnya 23 – 24 Juni 2015 bersama adik, pacar, dan beberapa teman.

kemping seru with SBTers

Dalam setahun Bukit Batas memang banyak perubahan. Dulu, saat masih jalur lama (memutar), trekking santai ke puncak bukit ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Di jalur yang sekarang (lewat kampung), waktu tempuh trekking jadi lebih singkat hampir separuhnya. Sebelum Bukit Batas menjadi primadona, jika ingin berkemah di puncak harus membawa peralatan dan perbekalan sendiri. Sekarang ada beberapa penyelenggara open trip siap mengakomodasi apabila ingin berkemah disana. Jika tidak kuat trekking, tinggal hubungi ojek untuk diantarkan ke puncak dengan ongkos Rp 50.000 sekali jalan. Apabila tidak ingin ribet bawa perbekalan dan perlengkapan kemping pun sekarang tersedia persewaan terpal dan warung yang stand by 24 jam bagi mereka yang ingin bermalam di Bukit Batas. WC darurat pun tersedia dan air untuk bilas bisa dibeli di pemilik warung yang menyediakan air bersih dalam botol-botol mineral berukuran 1 liter.
Bukit Batas, 3 September 2014
Saat lagi ramai-ramainya, Bukit Batas bisa dipenuhi oleh lebih dari 500 orang. Terutama pada malam minggu dan hari libur. Inilah yang membuat penduduk kampung membentuk pengelola Bukit Batas agar tetap terjaga dari tangan-tangan pengunjung yang tidak ramah lingkungan. Namun, berdasarkan hasil obrolanku dengan bang Fakhry dari CAMP outdoor rent, salah satu penyelenggara open trip Bukit Batas, popularitas Bukit Batas akhir-akhir ini agak berkurang. Mungkin karena sekarang banyak bermunculan lokasi berwisata lainnya, baik di sekitar waduk Riam Kanan, Mandiangin, dan wilayah lainnya di Kalimantan Selatan yang tidak kalah nge-hits dan kekinian untuk didatangi.
Sayangnya, saat kami berkemah di sana, cuaca sedang kurang bersahabat. Tidak bisa melihat sunset dan sunrise, bahkan pagi sebelum kami kembali ke dermaga hujan sempat turun dengan derasnya. Bukit Batas yang diselimuti kabut seakan berubah menjadi Silent Hills. Hahahaa…

Bukit Batas Berkabut
foto bareng sebelum pulang (^_^)
Semoga Bukit Batas terus menjadi tempat yang indah dan asyik untuk dikunjungi baik bersama teman, sahabat, maupun orang-orang tersayang. Tidak hanya Bukit Batas, semoga obyek-obyek lainnya di wilayah waduk Ir. P.H.M. Noor semakin banyak dikenal dan menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya.

No comments:

Post a Comment