Monday, May 16, 2016

Eksotisme Pulau Sembilan, Kotabaru (part 2)

Pada artikel sebelumnya (Eksotisme PulauSembilan, part 1), aku menceritakan tentang perjalanan kami dari Banjarmasin hingga ke Pulau Kalambau. Tujuan perjalanan ini memang dari pulau terjauh dulu baru dilanjutkan ke pulau-pulau lainnya menuju arah pulang.

Jum’at, 6 Mei 2016
Pulau Matasirih
115o48’49” BT – 04o47’57” LS


Alhamdulillah dua hari perjalan kami di Pulau Sembilan cuaca bersahabat sehingga meskipun kami tidur di kapal tidak perlu kuatir kena tampias hujan ataupun angin kencang. Jangkar telah diturunkan di tepi perairan Pulau Matasirih. Meski ditawari tidur di salah satu kerabat kapten kapal, kami semua memilih untuk tetap tidur di kapal. Cerita tentang gigitan nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria teramat ampuh mengisi pikiran kami yang sebenarnya sudah meminum obat malaria sebagai pencegahan seminggu sebelum keberangkatan.
Aku tidur di ayunan (hammock) bersama beberapa lainnya. Ada yang tidur di geladak kapal, dek, atap, kami tidur di bagian kapal manapun yang bisa direbahi karena kapal ini memang bukan kapal pesiar yang memiliki tempat nyaman untuk rebahan. Hammock, kantung tidur, matras, selimut, sarung, bantal tiup, jaket, menjadi perlengkapan kami untuk beristirahat selama perjalanan.


beginilah posisi kami kalau tidur
beginilah suasana kami kalau makan :D
Paginya, beberapa dari kami, termasuk aku, menjejakkan kaki di Pulau Matasirih. Mas Eko yang merupakan penyuluh perikanan ingin mengetahui lebih banyak tentang kondisi nelayan yang ada di wilayah Matasirih. Kami singgah di salah satu rumah warga untuk bersilaturahim. Alhamdulillah kami disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Kami juga memanfaatkan kesempatan ini untuk membagikan coklat lolipop kepada anak-anak yang kami temui.


menggunakan kapal kecil untuk merapat
Berfoto bersama penduduk P. Matasirih
Saat berkunjung ke kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Teluk Sungai, selain berbincang dengan Pak Muhammad Amin, Kepala Dusun 4, Desa Teluk Sungai, satu persatu dari kami mengantri untuk membersihkan diri. Maklum, di kapal persediaan air tawar terbatas. Sehabis bercebur di laut, kami hanya membersihkan diri seadanya dengan air tawar. Oleh karenanya, setiap menginjak daratan yang memiliki fasilitas MCK yang bersih dan nyaman, kesempatan untuk menggunakan fasilitas tersebut tentu tidak akan dilewatkan begitu saja. :D
bangunan SMP di P. Matasirih
Pulau Matasirih terdiri dari dua desa, yaitu Desa Teluk Sungai dan Desa Labuan Barat. Desa Teluk Sungai berpenduduk 1.009 jiwa dengan luas wilayah 1,37 km2, sedangkan Desa Labuan Barat berpenduduk 633 jiwa dengan luas wilayah 1,62 km2. Untuk fasilitas pendidikan, di tiap desa terdapat TK dan SD, sedangkan SMP hanya ada satu yang terdapat di Desa Teluk Sungai. Jika ingin melanjutkan ke jenjang SMA, SMA terdekat ada di Pulau Marabatuan sebagai satu-satunya SMA di Kecamatan Pulau Sembilan. Untuk fasilitas kesehatan terdapat dua buah puskesmas pembantu yang terletak di masing-masing desa.
Jarak yang jauh (bahkan dari ibukota kecamatan sekalipun) ditambah ketiadaan jaringan telekomunikasi membuat pulau ini sulit melakukan kontak dengan wilayah sekitar. Meskipun sudah dijanjikan akan dibangun tower pemancar telekomunikasi, sampai saat ini hal tersebut belum terealisasi.
“Terasa itu ketika kami memerlukan perawatan medis. Untuk menjemput tenaga medis selain jauh juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Seandainya ada jaringan telepon, kami lebih mudah memanggilnya sehingga tidak perlu bolak-balik ke Marabatuan untuk menjemput. Untuk kasus malaria, meski masih terjadi namun angka korbannya sudah  jauh berkurang,” begitu penjelasan dari Bapak Muhammad Amin.


Pulau Pamalikan
kehujanan diperjalanan menuju P. Pamalikan
Kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Pamalikan yang berada di timur laut, tidak jauh dari Pulau Matasirih. Sempat diterpa hujan lebat, alhamdulillah sesampainya disana cuaca kembali menjadi cerah. Pasir putihnya seakan melambai-lambai pada kami untuk segera didatangi. Jangkar diturunkan di sisi barat pulau. Karena badan kapal cukup besar dan semakin mendekati pantai kedalaman air semakin dangkal, untuk mencapai pantai kami harus berenang. Barang-barang untuk bersantai di pantai kami bawa menggunakan dry bag dan perahu karet kecil.
Subhanallah… pantainya cantik banget! Airnya pun sangat jernih. Lokasinya yang terpencil membuat kami serasa berada di pulau pribadi. Terdapat mercusuar dan sebuah pondok yang digunakan penjaga pulau ini untuk bermalam. Pulau ini merupakan tempat singgah penyu untuk bertelur. Oleh karena itu, keberadaan penjaga pulau memang diperlukan agar telur-telur yang ditimbun penyu di pantai ini tidak dicuri kemudian dijual oleh oknum tidak bertanggung jawab. Karena kami datang pada siang hari, tentunya sudah tidak ada lagi penyu yang bertelur di pantai saat itu.

Pulau Pamalikan ini kece banget untuk foto-foto
serunya berjemur di Pantai Pulau Pamalikan sampai muka gosong :p
duyung hijaber ala P. Pamalikan :p
Kami menghabiskan banyak waktu di Pulau Pamalikan yang menghadap ke Pulau Matasirih. Snorkeling, berfoto, juga mengobrol sambil berteduh di pepohonan. Tidak ada air tawar di pulau ini sehingga bukan tempat yang nyaman untuk berkemah. Lagipula kehadiran manusia akan mengusik para penyu yang singgah untuk bertelur. Meski menghayalkan membangun villa atau resort ditempat ini, hal itu hanya jadi khayalan kami di bawah terik sinar mentari yang sukses membuat kulit kami hitam terbakar.
Terumbu karang di pulau ini tidak terlalu bagus. Perairan di sisi lain pulau ditumbuhi padang lamun yang merupakan makanan penyu. Sebelum kembali ke kapal, kami mendapat “bonus” tak terduga di pantai ini. Baby shark! Untung bayi hiu. Andai yang kami lihat itu hiu remaja atau induknya, mungkin bakal pucat pasi dan semua segera naik kapal untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.

South Borneo Traveller di Pulau Pamalikan


Kembali ke Pulau Matasirih

Kami kembali ke Pulau Matasirih namun menurunkan jangkar di sisi yang berbeda dengan sebelumnya meski masih dalam kawasan Desa Teluk Tengah. Kali ini tujuannya untuk mengeksplorasi keindahan bawah laut Pulau Matasirih. Jangkar dilepas di daerah teluk yang berada di daerah utara pulau. Karena berada di teluk, arus di perairan ini cukup tenang. Kedalamannya pun beragam dari 1,5 – 8 meter, mulai datar dan berlereng dengan terumbu karang yang beraneka ragam, serta berbagai biota laut seperti bintang laut, bulu babi, dan berbagai jenis ikan. Bang Eko dan Bang Ferdy diving agar bisa mengeksplor lebih banyak kondisi perairan Pulau Matasirih.

underwater P. Matasirih
underwater P. Matasirih
underwater P. Matasirih
underwater P. Matasirih
underwater P. Matasirih
underwater P. Matasirih
terumbu karang di perairan Matasirih
sayang banget kalau tidak ikut snorkeling disini
Ikan yang paling ingin kami lihat di perairan ini adalah nemo avatar. Sayang, saat itu aku tidak menemukannya. Kemampuan snorkelingku yang pas-pasan membuatku tak leluasa bergerak kesana-kemari. Namun, aku amat menikmati pesona keindahan bawah laut Pulau Matasirih. Diantara pulau-pulau yang kami kunjungi di Pulau Sembilan, perairan Pulau Matasirih lah yang paling indah, rapat, dan beranekaragam. Bahkan, menurut kawan-kawan yang sudah pernah kesini, kondisi terumbu karang di perairan ini jauh lebih bagus dan beragam dibanding dua tahun lalu. Ini menunjukkan kondisi perairan di Pulau Matasirih amat terjaga dan sehat sehingga terumbu karang dapat tumbuh dengan cepat dan sehat.
anak nelayan P. Matasirih
Karena kehabisan air tawar, sebelum kembali ke Pulau Marabatuan kami merapat di dermaga yang berada tak jauh dari spot kami snorkeling. Dermaga ini ditinggalkan sebelum pembangunannya selesai, entah mengapa. Padahal, dermaga ini dapat digunakan untuk menyandarkan kapal berukuran besar sehingga tidak perlu lagi pindah ke perahu kecil untuk mencapai daratan Pulau Marabatuan.
Terdapat perkampungan yang ditinggalkan penduduk di bagian pulau ini. Karena tidak ada satu warga pun yang kami temui disana, hal tersebut cukup menjadi tanda tanya bagi. Kami sendiri lebih memilih menikmati sore itu dengan bersantai dan berfoto-foto di dermaga sambil menunggu kapten kapal, ABK, dan beberapa kawan yang ikut ke perkampungan untuk mencari air tawar. Kami lagi-lagi berkhayal. Seandainya kemarin kapal merapat di dermaga ini atau terdapat penginapan di bagian pulau ini, tak perlu jauh-jauh untuk bercebur ke spot snorkeling yang menyajikan pesona bawah laut yang keindahannya tidak kalah dengan bawah laut perairan laut lainnya di Indonesia. Dari dermaga ini kita bisa menyaksikan pemukiman penduduk Pulau Matasirih yang berada di sekitar teluk, Pulau Kunyit Matasirih, dan Pulau Pamalikan. Pemandangan yang amat indah dan menenangkan.

berfoto di dermaga P. Matasirih yang menghadap teluk
Sebelum gelap, kapal angkat jangkar dan bergerak kembali ke Pulau Marabatuan yang memakan waktu setidaknya 4 jam. Stamina sudah mulai menurun. Beberapa teman ada yang mabuk laut karena gelombang kala itu cukup tinggi dan angin bertiup cukup kencang. Langit pun terlihat mendung dan terlihat kilatan petir di kejauhan. Jangan hujan. Begitu harapan kami kala itu. Alhamdulillah, hujan tidak turun hingga kami sampai di Pulau Marabatuan. Namun, karena muka air laut saat itu sedang surut kapal tidak bisa merapat ke dermaga. Akhirnya diputuskan, sebagian pergi ke daratan untuk bermalam disana, sebagian tetap tinggal di kapal hingga besok pagi. Malam itu kami menginap di kost-nya Timor, temanku yang menjadi guru geografi di SMAN 1 Pulau Sembilan. Beruntung, malam itu sebagian tidur di daratan. Seandainya semua tidur di kapal, entah bagaimana kami besok harinya. Malam itu angin bertiup kencang dan hujan turun dengan lebat.


Cerita selanjutnya....

No comments:

Post a Comment