Tuesday, November 22, 2016

Geografi Piknik: Pantai Gua Cina, Pantai 3 warna, Kebun Teh Wonosari

Saat itu, di kelasnya profesor cantik, beliau bertanya tentang alasan kami mengikuti program beasiswa yang sedang kami jalani ini. “Piknik!” begitu jawaban salah satu dari kami. Hahahaa…. Jawaban anak geografi banget! Siapa sih anak geografi yang tak suka piknik? *yang jelas bukan aku*
Jawaban tersebut tentu hanya candaan untuk menghidupkan suasana kelas yang mulai diisi pertanyaan: Tesismu tentang apa? Proposalnya sudah sampai mana? Kapan maju presentasi? *langsung speechless.*
Tentu tak ada satu pun dari kami yang mau terbang dari Kalsel ke Malang, pisah dengan keluarga untuk kembali ke bangku kuliah, hanya agar bisa piknik. Tak akan ada yang namanya begadang mengerjakan tugas, panas dingin sebelum presentasi, memutar otak ketika ada diskusi kelas, gelisah karena tugas belum selesai, dan menahan agar mata tak terpejam saat kantuk melanda di tengah berlangsungnya perkuliahan, jika kami tidak serius menjalani program ini. Tapi hari-hari kami juga tak melulu diisi dengan belajar belajar belajar. Ada kalanya kami ‘piknik’ untuk me-recharge semangat dan tenaga, meski tak semua anggota kelas dapat ikut serta.

Pantai Gua Cina
Malang, 24 Juli 2016

Geosong at Pantai Gua Cina
Pantai Gua Cina di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Lokasi pantai ini berjarak sekitar 60 km dari Kota Malang dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Untuk menuju Pantai Gua Cina, maka arah yang ditempuh adalah arah menuju Pantai Sendang Biru karena pantai ini berada sekitar 5 km sebelum Pantai Sendang Biru. Petunjuk arah menuju Pantai Sendang Biru cukup mudah ditemui di sepanjang perjalanan dengan kondisi aspal yang cukup baik. Namun karena melewati bukit-bukit maka sebagian perjalanan akan melalui jalan yang berkelok-kelok dan sempit. 
Ini trip pertama kami. Meski tidak semua dapat ikut karena jumlah motor yang ada tidak sebanyak jumlah kami sekelas. Ini pun pertama kalinya aku ke pantai ini setelah sebelumnya hanya menikmatinya dari foto kawan-kawan yang sudah pernah kesana. Pantainya cantik. Bersih. Tapi not recomended untuk berenang karena ombaknya yang besar. Pantai Gua Cina memang menghadap langsung ke laut lepas, Samudera Hindia.
Pantai ini dinamakan Gua China karena di bukit tepi pantai terdapat sebuah gua yang menurut cerita masyarakat setempat digunakan oleh seorang pertapa China untuk bersemedi. Pertapa tersebut katanya meninggal di gua itu. Hal itu diketahui ketika seseorang masuk, hanya ada tulang belulang sang biksu dan tulisan Mandarin di langit-langit gua. Mitosnya, gua ini juga sering dijadikan tempat mencari ‘nomor keberuntungan’, hingga saat ini. Kami tentu tak melewatkan untuk memasuki gua ini. Tapi karena guanya kecil dengan langit-langit yang rendah, kami hanya masuk sebentar kemudian kembali asyik menikmati birunya pantai selatan dengan debur ombaknya yang besar.
Keberadaan tiga pulau yang berada di pantai Gua China membuat pemandangan semakin indah. Tiga pulau itu adalah Pulau Bantengan, Pulau Gua China, dan Pulau Nyonya. Selain berfoto-foto, aku menikmati segarnya angin pantai dengan menggantung hammock. Ah, nikmat rasanya.
Perjalanan kami lanjutnya. Kali ini kami mengunjungi pantai sendang biru yang letaknya tidak berjauhan dari pantai gua Cina. Pantai ini merupakan pelabuhan bagi nelayan tradisional. Perut yang sudah kelaparan membawa kami mampir ke warung makan yang memang banyak terdapat di pantai ini. Sebagai pantai tempat bersandarnya kapal para nelayan, menu yang terdapat di warung-warung sekitar pantai sendang biru apalagi kalau bukan ikan laut! Nyaaaammm…
lanjut ke pantai sendang biru
kelaparan. akhirnya pesta ikan bakar di pantai sendang biru
Menjelang sore, kami kembali ke Malang. Perjalanan kami tutup dengan mampir ke mesjid Tiban di Turen untuk sholat magrib. Masjid ini terkenal dengan sebutan masjid jin. Masjid ini dibangun oleh Romo KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam pada tahun 1976. Lokasinya berada di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Anyar, Desa Sanarejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sebenarnya, bangunan megah ini bukanlah sebuah masjid melainkan Pondok Pesantren yang bernama Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah. Yap, disini selain berwisata religi kita juga bisa menyaksikan kehidupan para santri yang tinggal di pondok pesantren ini.
pulangnya mampir ke mesjid Turen, sekalian sholat magrib

Pantai 3 Warna (Konservasi Clungup)
Malang, 17 September 2016

pantai tiga warna
Pantai tiga warna berada di kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC), Malang selatan yang dikelola oleh lembaga Bhakti Alam, Sendang Biru. CMC ini meliputi pantai tiga warna sebagai obyek wisata utama / pantai pathuk pantai watu pecah / pantai weden rusak pantai savanna pantai mini / pantai toronto pantai gatra pantai clungup pantai teluk asmoro pantai bangsong / juga pantai tomen.  Satu lokasi dengan banyak pantai menjadikan perjalanan ini tidak tanggung-tanggung mengingat lokasinya cukup jauh dari pusat Kota Malang. Sekitar 60 km atau lebih kurang 2,5 jam perjalanan.
Pertama ke tempat ini, aku pergi bersama adik dan adik-adik di asrama Kayuh Baimbai Putra pada 17 Juni 2015 lalu. Karena kami baru sampai di CMC lewat tengah hari, ditambah acara foto-foto, saat itu kami hanya dapat mengunjungi pantai clungup, gatra, tiga warna, dan watu pecah. Beruntung, meski saat itu air sedang surut sehingga terumbu karangnya terlihat di permukaan, kami dapat menikmati keindahan gradasi pantai tiga warna dan dapat mengeksplor bibir pantai lebih luas. Kunjungan keduaku kesana, selain sempat kehujanan di perjalanan, CMC yang semalaman diguyur hujan membuat air pantai keruh dan sampah “kiriman” banyak terdampar di pantai tiga warna.

untuk masuk ke kawasan pantai, terlebih dahulu kita akan melewati hutan mangrove Clungup
pantai gatra
Ada beberapa hal yng perlu diketahui jika ingin berkunjung ke pantai ini.
1.       Harus reservasi/booking terlebih dahulu
Reservasi ini berlaku jika ingin ke pantai tiga warna. Kalau hanya ingin ke pantai clungup dan pantai gatra, tidak perlu reservasi. Reservasi minimal 2 minggu sebelum hari kunjungan dan mereka tidak melayani pemesanan apabila kuota perhari (100 orang pengunjung) telah terpenuhi.
2.       Kamis libur.
3.       Tiket yang dibayar adalah parkir IRD 5k dan donasi untuk 1 bibit mangrove sebesar IDR 10k.
4.       Harus didampingi local guide.
Jika hanya berkunjung ke pantai clungup dan gatra, selain tidak perlu reservasi, juga tidak perlu menyewa local guide. 1 local guide mendampingi maksimal 10 orang (1 kelompok) dengan biaya IDR 100k. Kenapa harus pakai local guide? Karena kawasan konservasi ini luas! Jarak antar pantai harus ditempuh dengan trekking di jalan setapak melewati hutan mangrove, hutan pantai, kebun-kebun. Sebelum memulai perjalanan, local guide akan menanyai apakah ingin rute short trek (langsung ke pantai tiga warna) atau long trek (dapat banyak pantai). Mereka juga yang mengerti kondisi CMC apakah air sedang pasang/surut dan trek yang dilalui aman atau berbahaya (terutama jika datang sehabis hujan lebat).
5.       Batas kunjungan maksimal 2 jam
Selain untuk menunjukkan jalan, fungsi local guide lainnya adalah mengingatkan setiap pengunjung agar tidak melewati batas waktu kunjungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem pantai tiga warna.
Selama di pantai 3 warna, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan. Foto-foto (pastinya) di bibir pantai atau dari bukit karang yang ada di sisi pantai. Dari bukit ini kita bisa melihat pantai sendang biru dari kejauhan. Hammocking sambil menikmati angin pantai atau menontoni pengunjung lainnya. Juga snorkeling! Pantai 3 warna memiliki terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang cantik. Untuk snorkeling, pengunjung diwajibkan memakai pelampung agar tidak menyentuh terumbu karang. Kedalaman airnya yang cetek (dangkal), bahkan kalau air surut terumbu karangnya ada yang terlihat di permukaan (seperti yang kusebut di awal) menjadikan peraturan ini memang diperlukan. Terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh dan amat penting. Kamu tidak ingin jadi orang yang dicap merusak lingkungan kan tentunya?!
Terdapat persewaan snorkel dan pelampung. Jadi kalau malas bawa alat sendiri bisa sewa di tempat ini melalui local guide.
6.       Tidak boleh camping
Pengunjung yang ingin camping di kawasan CMC tidak diperbolehkan mendirikan tenda dan bermalam di Pantai Tiga Warna. Spot khusus untuk camping adalah Pantai Gatra. Biaya untuk camping/sewa lahan IDR 25k/nite. Jika tidak membawa tenda, disediakan persewaan dengan harga IDR 25k/nite.
with ading-ading FKMB at pantai 3 warna
pantai batu pecah
atas: bersama ading sewaktu pertama kali ke 3 warna
bawah: kedua kali ke 3 warna, sayang pantainya lagi keruh
Apa yang kamu bawa masuk ke Pantai Tiga Warna, itu pulalah yang harus kamu bawa pulang kembali. Termasuk sampai kecil berupa bungkus makanan ringan sekalipun. Begitulah aturan yang ada di CMC terkait dengan sampah. Semua barang yang kita bawa akan di-checklist secara detail oleh petugas. Jadi, ada baiknya untuk membawa kantong kresek untuk menaruh sampah-sampah kecil bungkus makanan atau semacamnya. Aturan sampah di Pantai Tiga Warna sangatlah ketat Jika melanggar aturan ini bersiap-siaplah untuk menerima konsekuensinya. Bisa disuruh kembali ke pantai untuk mengambil sampah atau denda sebesar Rp 10.000 per item (sampah).
Alur untuk memasuki area CMC:
parkir → silahkan berdonasi → checklist barang bawaan → masuk area konservasi → checklist pulang sampah → ambil kendaraan → pulang.


Kebun Teh Wonosari
Lawang, 14 Oktober 2016

kolase foto-foto narsis kami di kebun teh Wonosari
Kebun Teh Wonosari terletak sekitar 6 km dari Kota Lawang dan berada di lereng Gunung Arjuna. Lokasi tepatnya di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Jika dari pusat Kota Malang berjarak sekitar 30 km ke arah utara. Kebun teh ini merupakan agrowisata perkebunan teh seluas 1.144 hektar dengan panorama alam yang indah. Berada di dataran tinggi dengan rentang 950 mdpl hingga 1.250 mdpl, agrowisata ini merupakan satu-satunya kebun teh di Jawa Timur yang dikelola sebagai destinasi wisata.
Akses menuju kebun teh Wonosari cukup mudah meski jalan yang dilalui sedikit menanjak dan berkelok. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika memilih menggunakan kendaraan umum, rutenya dari Kota Malang yaitu ke arah Surabaya dan turun di terminal Lawang kemudian naik angkot jurusan Wonosari. Saat itu, kami pergi kesana beramai-ramai menggunakan sepeda motor. Sekalian mampir ke rumah kakaknya kak Opy yang berada tidak jauh dari lokasi kebun teh.

mampir di rumah kakaknya kak Opy, disuguhi makanan...nyam :D
Fasilitas yang dimiliki kebun teh Wonosari terbilang lengkap. Bagi yang ingin menginap, terdapat pilihan mulai dari hotel hingga vila dan bungalow. Wahana dan terdapat disana pun beragam. Saat itu, kami bertemu anak-anak dari SDIT yang berasal dari Tuban. Mereka melakukan kegiatan outbond disana. Jauh-jauh dari Tuban, tentu agrowisata ini memiliki kelebihan tersendiri untuk didatangi. Menarik bagi kami tentu saja karena di Kalimantan Selatan tidak terdapat perkebunan teh. Kalau kebun karet, kebun durian, atau kebun kelapa sawit mah banyak!

nge-gym gratisan :p
Selain foto-foto narsis di kebun teh, kami juga mampir menikmati teh di kedai yang ada di sana. Penasaran, aku mencoba teh putih yang dikenal memiliki banyak khasiat. Tak lupa membelikan teh putih siap saji untuk mama yang memang sudah lama minta carikan teh ini (tapi di Banjarmasin gak ketemu). Kami juga memesan seteko teh hijau. Rasanya? Coba sendiri saja deh! J

Jam Buka dan Tiket Masuk Kebun Teh Wonosari
Jam buka: 07.00 WIB
Jam tutup: 17.00 WIB
Tiket Masuk Hari Senin Sabtu: Rp 8.000/orang
Tiket Masuk Hari Minggu/Hari libur: Rp 12.000/orang

No comments:

Post a Comment